TUGAS 3
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Dosen Mata kuliah:
SARWOKO
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam hidip ini, pandangan hidup
ternyata sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun akan datang.
Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia, karena tidak ada seorang pun
yang hidup tanpa pandangan hidup merkipun tingkahnya berbeda-beda.
Menurut Koendjaraningrat, pandangan
hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat. Pandangan hidup
terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup, semuanya itu tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan.
Dalam hidup ini kita sangat
membutuhkan pandangan hidup, karena pandangan hidup akan mengacu kita pada
kehidupan yang lebih baik dan memotifikasi kita untuk menggapai sesuatu yang
kita inginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
a.
Pengertian Pandangan Hihup
Menurut Koentjaraningrat (1980)
pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan didalam masyarakat.
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan
menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia.
Tidak ada seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya
berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang karena
pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang
adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi,
terkadang sulit dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya
suatuidealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang
berlangsung di dalam masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang
ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin
dicapainya sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas,
suatu Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana ia memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang
semakin maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu
membangun dirinya.
Pandangan hidup cendrung diikat oleh
nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap dalam pembuatan, pembenaran
atau rasionalisasi nilai-nilai. Pandangan hidup memberi pandangan pada
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri baik Bangsa, Negara maupun manusia yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk mewujudkannya.
b. Sumber
Pandangan Hidup
Macam-macam pandangan hidup dapat
digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu:
1) Pandangan
hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim). Pandangan hidup ini
memiliki kebenaran mutlak. Contoh, pandangan hidup muslim(orang islam)
bersumber dari Al-Quran dan sunnah (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW). Dengan demikian maka pandangan hidup muslim yang setia kepada
islamtentang berbagaimasalah asasi hidup manusia, merupakan jawaban muslim yang
islam oriented mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia
yang tersimpul dalam Al-Quran dan Hadits.
Pandangan hidup muslim terdiri atas:
a) Pedoman
hidupnya ialah Al-Quran yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 2, yang
artinya:
b) Dasar
hidup ialah Islam
c) Tujuan
hidupnya:
v Berdasarkan arahnya ialah:
ü Tujuan hidupnya yaitu
mendapat keridhaan Allah SWT
ü Kebahagiaan dunia dan
akhirat
ü Menjadi rahmat bagi
segenap Alam
v Ditinjau dari segi
lingkungan
ü Tujuan sebagai individu
ü Tujuan sebagai anggota
keluarga
ü Tujuan sebagai warga
lingkungan
ü Tujuan sebagai warga
Negara atau Bangsa
ü Tujuan sebagai warga dunia
ü Tujuan sebagai warga alam
semesta
d) Tugas
hidup muslim adalah beribadah kepada Allah
e) Fungsi
hidup muslim adalah:
2) Pandangan
hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstaksi dari nilai-nilai budaya
suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi pancasila
3) Pandangan
hidup yang bersumber dari hasil renungan seseorang sehingga dapat merupakan
ajaran atau etika hidup. Misalnya aliran kepercayaan seperti agama Animisme,
Kong Chu, Sinto, Budha, Hindu, Angtingkan, dll.
c. Ideologi
Menurut William J. Goode, dalam
bukunya Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi mengandung
dua hal. Yaitu:
1) Unsur-unsur
filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan.
2) Pembenaran
intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar
terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari.
Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu:
a) Pandangan
hidup (world view)
b) Nilai-nilai
(value)
c) Norma-norma
(lenski, 1974)
Pandangan ini menunjukkan bahwa
pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi. Kebudayaan dapat membuat
kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dari
kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengepresikan hasil
kebudayaan untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu
pengetahuan mampu menjawap pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi
sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan pada awal ke-20
banyak orang berfikir bahwa ilmu pengetahuandapat menggantikan semua kedudukan
ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir dari
keterbatasab pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah memikirkan
segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil sejumlah
kemudahan dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun sains tidak
dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal yang
berdasar tentang realitas.
Dalam ideologi tindak hanya ada norma
dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai. Hanya yang penting ialah
nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan
pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk
nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup memberi
semangat kepada nilai-nilai.
Dari uraian diatas, nampak pada kita
bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan hidup. Ideologi biasanya tidak
dipakai dalam hubungan individu. Ideologi digunakan dalam konteks yang lebih
luas, seperti ideologi negara, ideologi masyarakat atau ideologi kelompok
tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi dapat disusun secara sadar oleh
tokoh-tokoh pemikir suatu masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat,
yang diperuntukan bagi masyarakat.
B. MAKNA
CITA-CITA
Cita-cita adalah suatu keiginan yang
terkandung didalam hati, karena itu cita-cita juga berarti angan-angan,
keiginan, harapan, atau tujuan.
Cita-cita tidak dapat dipaksakan dari
kehidupan manusia, karena tanpa cita-cita berarti manusia tanpa dinamika. Tidak
ada dinamika berarti tidak ada kemajuan dan hidup asal hidup saja.
Itu sebabnya sikap hidup hanya menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak
hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan dan sikap hidup seseorang.
Cita-cita sering lkali berupa perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang
tidak ada dalam hati. Cita-cita diartikan sebagai angan-angan, keinginan,
kemauan, niat, atau harapan, keinginan ada yang baik dan ada yang buruk,
keinginan yang baik adalah keinginan yang dicapai dengan tidak merugikan orang
lain. Keinginan buruk adalah keinginan yang dapat merugikan orang lain.
Cita-cita berarti harapan, keinginan,
dan tujuan. Contoh cata-cita yang berarti harapan. Misalnya, Adi mendapat nilai
C bukan main kecewanya, ia mengharapkan nilai A, sebab pesiapan untuk final
yang dilaksanakannya cukup lama dan ia merasa telah menguasai benar-benar
materi yang diujikan.
Cita-cita yang berarti keinginan. Maya
ingin sekali melanjutkan studinya UGM. Ia mendaftar dan mengikuti testing masuk
perguruan tinggi. Ternyata tidak lulus sehingga ia tidak dapat melanjutkan
studinya di UGM.
Contoh cita-cita tang berarti tujuan,
Nana bertujuan setamat SMA akan melanjutkan sekolahnya di Jakarta, ikut
pamannya. Ternyata tamat SMA, pamannya dipindah tugaskan keluar jawa. Hal itu
menyebabkan Nana tidak jadi melanjutkan sekolahnya di Jakarta.
Ada tiga katagori keadaan hati
seseorang.
a. Orang
yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia
tidak menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang dihadapinya.
Orang yang berarti keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses
hidupnya.
b. Orang
yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-cita menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu, karena itu
biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-cita.
c. Orang
yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi bila menghadapi
kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan atau berganti keinginan.
C. MAKNA
KEBAJIKAN
Kebajikan dapat
diartikan kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan. Manusia berbuat kebaikan
karena menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).
Dengan kesucian jiwanya itu mendorong hati nuraninya untuk berbuat kebaikan.
Manusia adalah seorang pribadi yang
utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia
meninggal. Karena pribadi merupakan, manusia mempunyai pendapai sendiri, ia
mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling tolong
menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling
mencurigai, saling membanci, saling merugikan dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk tuhan, diciptakan manusia dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu
manusia di lengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam
sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi
yaitu:
a. Manusia
sebagai pribadi; dapat menentukan baik buruk. Yang menentukan baik buruk itu
adalah suara hati. Suara hati bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik
atau tidak. Jadi, suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara
hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia sering kali tidak mau
mendengarkannya.
b. Manusia
sebagai anggota masyarakat; yang menentukan baik buruk adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat
menganggap baik.
c. Manusia
sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Kebajikan berasal dari dua sumber
yaitu:
a. Manusia
sebagai khalifah dimuka bumi ini (Q. S AL-Baqarah: 30)
b. Allah
Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa
karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan, mereka tidak percaya
adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya, tetapi bagi orang yang beriman,
ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga, manusia
hanya sebagai perantaraannya saja.
Kebajikan dapat dikelompokkan dalam
tiga, yaiu:
a. Kebajikan
yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW
merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b. Kebajikan
yang berupa benda-benda, misalnya harta kekayaan, bila tidak diamalkan maka
harta tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila diamalkan harta
demikian berfungsi untuk sosial.
c. Kebajikan
yang berupa benda yang tak berwujud, misalnya ilmu pengetahuan, kemampuan dan
keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah mengatakan bahwa
Hadits diatas menjelaskan bahwa betapa
tinggi nilai ilmu pengetahuan itu sehingga dipersamakan seiring dengan derajat
kenabian, betapa pula rendahnya suatu amalan yang sunyi dari ilmu pengetahuan,
sekalipun yang beramal ibadat itu tentunya tidak terlepas dari pengetahuan cara
ibadat yang senantiasa di kekalkan mengerjakannya, maka jika tanpa pengetahuan
cara peribadatannya pastilah bukan ibadat namanya.
Contoh seperli wasiat Luqman kepada
anaknya:
Hidup adalah kegelapan
Jika tanpa hasrat dan keinginan
Hasrat adalah butang
Jika tanpa pengetahuan
Dan pengetahuan adalah hampa
Jika tidak diikuti pelajaran
Semua pelajaran akan sia-sia
Jika tidak disertai cinta
(KAHLIL GIBRAN)
D. KEPERCAYAAN/
KEYAKINAN
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution
(bahan ceramah pada perantaran pengajar Ilmu Budaya Dasar di Bukit
Tinggi, 1981), menurut beliau ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan
kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur,
dan natur itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur
itulah yang tinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya,
secara mutlak di kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai
alam ini karena manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana
tapi yang menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan
itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karena itu
manusia mengabdi pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua
yaitu:
ü Ajaran agama yang
dogmatis yaitu yang di sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan
tidak berubah
ü Ajaran agama dari
pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif
(terbatas) dan berubah sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di
hubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan.
Jadi, pandangan hidup yang dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, manusia yakin
bahwa kebajikan itu di ridhai oleh Tuhan. Pandangan hidup yang dilandasi bahwa
Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan
hidup keagamaan (religius), sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya
Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur
dan pandangan hidup yang dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan
itu kebajikan natur dan pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut
pandangan hidup komunisme.
b. Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau
logika. Manusia mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Mana yang
benar menurut akal itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati
nurani . akal berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang berpusat dihati,
sehingga timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan
pandangan hidup, maka keyahinan manusia itu bermula dari akal. Jadi, pandangan
hidup itu dilandasi oleh keyakinan, kebenaran yang diterima akal. Benar menurut
akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh
dengan akal.
c. Aliran
Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib
dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya
adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan,
yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal,
baik sebagai logika berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar
menurut logika berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir
tidak ditekankan pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir
kolektef (masyarakat) pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam
arti baik sebagai logika berfikir maupun sebagai daya rasa, logika berfikir
secara individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini disebut sosialisme
religius. Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup
sosialisme menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menekan pada logika berfikir kolektif dan individual.
Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani,
sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan
hati nurani.
E. MAKNA
SIKAP HIDUP
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam
menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau sikap
optimis atau persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap orang
mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya.
Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap
ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap
tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik
kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan
lingkungan.
Dalam menghadapi kehidupan, yang
berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada
beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut juga sikap positif
yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap
rendah hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah sikap
kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri.
Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri pribadi, karena sangat
merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya
yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain
merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap
seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian
diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh
lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut
Dalam kurun waktu setengah abad
terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia, khususnya yang dilakukan oleh
disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan
atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk
yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap
sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh
seseorang. Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung
akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih
tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi ada
kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu, sementara dalam
penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang sosial dan
reaksi yang bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia
bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain, seperti dorongan,
motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang
menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah kesiapan
yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi.
Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi,
sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap
berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam bukunya
strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman
dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode
peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu
adalah:
a. Tahap
mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan
b. Tahap
antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun
suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan
mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)
c. Tahap
fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia
modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak
lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap
antologis).
Sementara itu Franz Magnis Suseno
melihat adanya dua bahaya yang terjadi kendala bagi manusia dalam upaya
memenuhi ataupun mempertahankan sikap hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah
nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar
yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara
buta secara lahir. Nafsumemperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan
batin tanpa guna. Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti
akal budinya, tidak bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin
mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan dalam
masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.
Pamrih dan egoisme juga menjadi musuh
manusia. Ini bias dimengerti mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih
semata-mata biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa
memperdulikan kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih
itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap
keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari
dalam, karena sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan
kekuatannya sendiri. Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan
memotong diri dari sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam
individualitasnya, melainkan dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada
dasar jiwa mereka.
Menurut Soetrisno dalam bukunya
Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin Falsafah Hidup Orang Jawa, ia
melihat adanya tiga, yaitu:
a. Selalu
ingin menang sendiri
b. Selalu
ingin benar sendiri
c. Hanya
mementingkan kebutuhannya sendiri
Selain yang tertera diatas ada juga
sikap lain yang dianggap kurang baik, yaitu kebiasaan untuk menarik keuntungan
sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan masyarakat kecendrungan untuk
memperoleh hak yang lebih dibanding orang lain dengan alasan juga yang
diberikannya.
F. MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia
ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan
manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan
manusia tersebut adalah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari
kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup berupa suatu penggaris
yang mungkin dapat dinyatakan dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat
dikatakan rumusan:
a. Orang
yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
b. Juga
karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang
melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.
c. Dan
khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari
anak-anak atau orang yang di bimbing.
Menurut Drijarko S. J. Mengatakan
bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani sekitarnya, terhubung
erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu tergantung seluruhnya pada yang
ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan hidup adalah Filsafat hidup.
Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran tentulah bentuk
kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat diterima oleh siapa saja.
Kesadaran akan kelemahan dirinya
memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia
berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya,
baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit, bencana alam,
kegelisahan, ketakutan.
Banyak orang yang pandangan hidupnya
didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya;
pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati kematiannya mulai berbuat
seperti orang-orang yang hidup beragama.
Jadi pandangan hidup merupakan
keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan
dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa pandangan
hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia.
buku karanganMustopo, M. Habib, Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 1983